Pendiri Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Fahri Hamzah, meminta kepada kader-kader KAMMI yang sedang menjalani regenerasi kepemimpinan pada Muktamar KAMMI VII, untuk mengubah gaya perjuangan.
Menurutnya, perjuangan yang dahulu menitik beratkan pada penumbangan rezim yang bersifat simbolis simplisistik kini tidak lagi relevan dengan perkembangan demokratisasi di Indonesia. Kini, gerakan yang diemban organisasi pemuda dan mahasiswa seharusnya lebih mengedepankan perbaikan sistem, yang meliputi tiga komponen utama sistem ketatanegaraan (eksekutif, legislatif dan yudikatif).
"Di awal pendirian KAMMI, organisasi ini berusaha untuk ambil bagian dalam usaha menumbangkan orde baru. Karena itu, pergerakan yang masif kala itu dilakukan terimplementasi dalam aksi demonstrasi besar-besaran," papar Anggota Komisi III DPR RI kepada pers, Selasa (15/3).
Menurut dia, institusionalisme sistem yang tengah dibangun sekarang tentu mengubah gaya perjuangan pemuda dan mahasiswa. Gerakan tidak lagi sekedar menyerang orang, tetapi lebih kepada gerakan yang komprehensif dan observatif.
Fahri menjelaskan perubahan gaya perjuangan ini mengharuskan KAMMI kini bermuktamar di Asrama Haji, Banda Aceh, 13-17 Maret 2011, untuk memperkuat diri dengan figur-figur yang kuat dalam berbagai bidang sehingga bisa mengimbangi arah tujuan perjuangan yang dikhendaki. Dia berharap muktamar ini dapat memenuhi kebutuhan itu. "Saya kira, KAMMI telah menuju ke arah tersebut," katanya.
Fahri berharap agar pemimpin KAMMI terpilih memiliki karakter yang cocok dalam era transisi seperti sekarang, yakni mampu memahami situasi yang begitu kompleks. Disamping itu, ia juga melihat keaktifan pemimpin harus menjadi kredit tersendiri sebagai bagian paket pemimpin yang relevan dengan masa transisi.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) kini berkonsentrasi dalam memperkuat kembali pembangunan sumber daya manusia melalui peta dakwah kampus yang selama ini menjadi lahan KAMMI. Melalui Muktamar VII, ungkap Ketua Umum KAMMI Rijalul Imam, KAMMI siap menempuh pemantapan peta dakwah yang selama ini telah dirintis.
Rijalul mengatakan ada dua hal yang akan menjadi fokus peta dakwah ke depan. Pertama, konsentrasi pemuda kampus sebagai basis kader KAMMI. Kedua, pengembangan masyarakat di luar kampus yang memiliki skala lebih luas. Kedua fokus itu akan dikendarai melalui lima kebijakan. "Tentu kami punya cara untuk tidak menjadikan demo sebagai medium utama dalam perjuangan. Kita kembangkan sumber daya sehingga bisa menjadi pendukung dan perbaikan sistem yang bergerak. Kebijakan ini yang disebut risalah peradaban, " paparnya kepada pers.
Adapun kelima risalah peradaban itu antara lain membangun gerakan berbasis riset, membangun kompotensi dalam berbagai bidang, membangun gerakan intrepreneurship sehingga melahirkan generasi yang mandiri, membangun gerakan berbasis kompetitor dan sinergi. "Kami tentu tidak menginginkan umat Islam terutama pemudanya lebih dominan sikap emosional ketimbang sumbangsih nyata. Melalui risalah peradaban itulah diharapkan mencegah pemuda dan mahasiswa Muslim terjebak dalam fundamentalis," kata dia.
Ke depan, kata Rijalul, KAMMI melalui peta dakwah yang termaktub dalam risalah peradaban mampu mengoptimalisasi peran pemuda dan mahasiswa Muslim dalam titik-titik strategis. Selama ini, KAMMI menyadari posisi umat Islam terutama pemuda dan mahasiswa Muslim yang terjepit. Karena itulah, sambungnya, sebagai organisasi Mahasiswa Muslim yang memiliki potensi yang diperhitungkan, pihaknya berharap bisa menjadi salah satu referensi perubahan dalam pengembangan sumber daya yang berkualitas.(rep)