“Irwandi Gubernur, Itu Hadiah dari Kami"

Thursday, 31 March 2011 14:45
Written by Nurlis E. Meuko | Yuswardi A. Suud | Zulkarnaini Muchtar

Bertempat di Ulee Kareng, Banda Aceh, di situlah sebuah rumah yang menjadi sentral tim sukses pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf dalam pikada 2011. Di ruang utama sejumlah orang sedang berbicara. Salah satunya, Ketua Umum Partai Aceh Muzakir Manaf.
Kelihatannya sangat serius, memang. Tetapi, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka itu sudah berjanji untuk wawancara. Dia menepatinya. Menerima wartawan The Atjeh Post di ruang tengah, berlangsunglah wawancara selama dua jam pada tengah malam pada Rabu 30 Maret 2011. Berikut petikannya.

Insiden penyerangan kantor Partai Aceh di Bireuen, apakah itu menunjukkan perpecahan di partai yang Anda pimpin?Itu hanya segelintir orang saja. Tak berpengaruh bagi kesatuan partai. Partai Aceh dan KPA (Komite Peralihan Aceh) tetap bersatu, kami solid. Saya sudah berkunjung ke berbagai daerah, dan melihat betapa solidnya persatuan di antara kami.
Tetapi, tetap saja ada riak-riak bukan?Ini demokrasi. Kejadian di Bireuen itu tak bisa dijadikan patokan bahwa Partai Aceh mengalami perpecahan. Bahwa ada satu-dua orang yang berbeda pendapat, sebenarnya hal biasa dalam politik. Dan mereka yang menyerang kantor Partai Aceh di Bireuen, yang ikut-ikutan sudah menyatakan penyesalannya. Dan kami juga sudah menerima penyesalan mereka, kami memaafkannya.
Tetapi yang berbuat kriminal kan tetap menjadi urusan hukum. Biarlah polisi saja yang menanganinya. Sebab memang itu kewajiban polisi sebagai penegak hukum. Kami percaya pada penegak hukum.
Tentu kejadian itu sedikit banyaknya berkaitan dengan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang direncanakan pada Oktober 2011 mendatang?Jika pun benar, tidak perlu menggunakan kekerasan dan penyerangan seperti itu. Kita berpolitik yang harus digunakan adalah fikiran dan perasaan. Ini bukan tempatnya untuk kekerasan.
Apakah penentuan pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf dari Partai Aceh sudah mantap?
Ya, sikap partai sudah pasti. Dengan kekuatan ini, kami siaplah bertanding secara demokrasi.
Apa yang Anda lakukan jika nanti dipilih rakyat Aceh?Untuk masa depan Aceh, Partai Aceh mengacu pada yang pasti-pasti saja. Antara lain yang paling penting adalah penyempurnaan MoU Helsinki, di samping itu struktur pemerintahan Aceh yang teratur dan yang sempurna, ada ekonomi kerakyatan, pendidikan, menyelesaikan pengangguran.
Semuanya sudah kami siapkan, dari A sampai Z. Kita harus perjuangkan itu. Kalau boleh saya katakan, kita harus melihat ke masa kejayaan Aceh di masa lalu, ini untuk mengatur posisi apa yang patut kita lakukan untuk masa depan. Banyak masalah yang harus kita selesaikan, sebab itu perlu pondasi yang kuat. Ini sangat penting.
Tapi ya itu tadi, tetap saja ada yang tidak mendukung. Ini bagaimana menyelesaikannya? Itu hanya segelintir orang. Di mana-mana pasti ada yang seperti itu, ini namanya demokrasi. Bahkan sekarang kami lihat, semakin hari semakin padu dukungan yang datang dari setiap lapisan, terutama sekali dari setiap KPA di bupaten/kota.
Kita berikan pemahaman terkait asal asul perjuangan PA dan KPA. jadi semua anggota sudah tahu ke mana arahnya. Kalau ada keributan kecil, itu lumrah saja. Kita kan manusia. Seperti kejadian di Bireuen. Tapi sudah kita selesaikan semua, sebagaian dari mereka ada yang sudah sadar, menyesal.
Yang penting arah kita tetap pada jalur perjuangan walaupun ada kejadian sana-sini. Kalau ada kejadian, kita selesaikan secara kekeluargaan. Tetapi kalau sudah kriminal ya kita serahkan kepada polisi agar nanti tidak terulang lagi. Sebab itu namanya pelanggaran hukum.
Hm, kami melihat perbedaan seorang Mualem (Muzakir Manaf) yang sekarang dibandingkan yang dulu. Ada pengaruh apa gerangan?
Wallahu a'alam, mungkin ini berubah secara otomatis karena selalu berinteraksi dengan organisasi, ini berubah dengan sendirinya. Ini otomatis.
Adakah perbedaaan memimpin pasukan di pegunungan, dan sekarang memimpin partai?Kalau sekarang kita banyak mengemukakan sesuatu dengan fikiran dan perasaan, dengan ilmu, dengan protokol, dan beradaptasi dengan semua lapisan. Kadang grogi juga saat berhadapan dengan tokoh-tokoh.
Sekarang masih grogi?Tanpa kita sadari kita sudah berada di organisasi, sering beradaptasi dengan tokoh-tokoh sudah mulai berani bicara, perubahan terjadi sendiri. Tapi sampai sekarang saya terus belajar.
Mana lebih rumit memimpin pasukan perang dibandingkan memimpin partai?Lebih rumit memimpi partai. Kalau memipin perang, apa yang saya suruh ya dijalankan. Sebab, kalau tidak dijalankan bisa ditembak musuh dan mati, kalau sakit tinggal kami tandu. Kalau dulu lebih mengutamakan tenaga dan sekarang kita bekerja dengan pikiran.
Siapa yang menjadi guru Anda untuk semua ini?Wali Nanggroe (almarhum Hasan Tiro) mengajarkan saya  tentang berbagai hal. Saya belajar selama tiga tahun. Diajarkan mulai dari cara memegang sendok makan, sampai berpakaian. Juga ilmu-ilmu pemerintahan ada diajarkan. Pelajaran yang paling penting adalah kita orang Aceh harus menjadi pintar dan punya sikap. Ini penting agar Aceh makmur dan sejahtera.
Soal sikap, kenapa dulu pada pemilihan Gubernur Aceh 2006, Anda tak menentukan sikap yang jelas?Sikap saya jelas sekali waktu itu adalah netral. Pada saat pilkada 2006 lalu, ada yang mendukung H2O  (pasangan Humam Hamid dan Hasbi Abdullah) dan Irna (Irwandi Yusuf- M. Nazar). Saya mengambil sikap untuk tak memihak untuk menghindari keributan.
Begitu saya putuskan ambil keputusan tidak mendukung siapa pun, pasangan Irwandi-Nazar menyebutkan mereka sudah menang, dan memang menang. Namun setelah menang, sikapnya berubah seperti siang dan malam. Walaupun Irwandi tak mengakuinya, kemenangan itu sebenarnya hadiah untuk Irwandi.
Lalu kenapa juga muncul selentingan yang menyebut Anda yang mengkhianati Irwandi?Ini timbul masalah ada rekan-rekan yang menghadapi Irwandi, saya disebutkan berkhiatan padanya. Seharusnya, Irwandi ingat bahwa lima tahun lalu itu saya membela dia. Saya mengambil sikap netral dengan resiko siap dipecat oleh pemimpin.
Sikap saya itu untuk menghindari keributan di lapangan. Sikap itu saya ambil dengan hati yang ikhlas. Saya tidak berniat untuk mendapat jabatan. Niat baik saya agar tak ribut, agar Aceh damai dan makmur. Dan sekarang, ketika saya ambil sikap untuk mencalonkan diri pada pilkada 2011, kelihatannya Irwandi kecewa dan menganggu nafsunya berkuasa.
Menurut Irwandi, Anda pernah bilang bahwa posisi calon wagub bukanlah porsi Anda..Itu hanya alasan Irwandi saja. Tujuannya untuk mempengaruhi kalangan KPA. Jadi saya rasa, hari ini saya sudah berhak duduk di posisi Wakil Gubernur, dan saya siap menjalankannya.
Kenapa demikian?Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya ingin menyentuh sampai ke kalangan KPA yang lapisan bawah. Mereka itu keluarganya hilang, rumah tidak ada, sementara anak tiga. Sangat prihatin saya melihatnya. Mereka sangat menderita. Itu salah satu yang mau saya perjuangkan. Saya langsung melihat kondisi mereka saat saya ke daerah-daerah. Seharusnya kemelaratan itu tak perlu tarjadi, kita ini memiliki alam yang kaya.
Kita perlu santuni KPA yang belum tersentuh itu. Ibarat kata, ada kalangan KPA yang sudah memakai baju berwarna-warni ada yang sama sekali tak berwarna. Kadang sandal mereka pun sudah tak kuat lagi. Kondisi mereka sekarang sangat sensitif. Kenapa sampai terjadi seperti itu. Kalau tidak sanggup membenahinya, untuk apa kita ngomong besar.
Saya bicara ini, bukan sekedar bicara, saya akan perjuangkan itu sekuat tenaga saya.
Bagaimana hubungan Anda dengan Irwandi sekarang?Kalau dalam ajang politik kami memang berseberangan. Sekarang tidak ada hubungan apapun lagi dengan Irwandi. Sikapnya dengan saya seperti perbedaan antara siang dan malam. Sepatutnya Irwandi tidak seperti itu dengan saya. Harusnya dia bersikap dewasa, Irwandi sudah mendapat pengalaman, umurnya juga lebih dewasa.
Apakah Irwandi termasuk calon yang paling Anda perhitungkan?Semula memang begitu. Tetapi setelah saya survey semua wilayah bahkan sudah perfeclah, ternyata kekuatan Irwandi tak seperti yang Anda sebutkanlah.
Tapi, ada klaim 16 KPA mendukung Irwandi?Itu propaganda kelompok Irwandi, sah-sah saja. Dari mana 16 itu? Kalau kami lihat Irwandi tidak tersentuh wilayah, (pane na 16 wate lon kalen hana meu tupeh pih ngeuen wilayah). Orang yang Irwandi klaim itu saya kenal semuanya. Saya sudah jumpai mereka, kami mendapat dukungan dari kalangan bawah termasuk Banda Aceh.
Bagaimana kalau kalah dalam pilkada? Kalau kalah kita harus siap, dan menang juga harus lebih siap. Sebab perjuangan kita bukan semata-mata untuk jabatan. Hanya saja, kalau kalah ya sayang saja PA dan KPA, apa yang sudah kita cita-citakan menjadi sia-sia saja. Untuk mencapaikan tujuan inilah kita ambil sikap sendiri.

SOURCE : ATJEH POST

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »