Wisata Lhoknga Terkubur Khalayak

Matahari sudah mulai tenggelam di ujung barat, Nelayan pulang dengan membawa hasil tangkapan, deretan perahu bertengger rapi di pesisir pantai Lhoknga, nama Lhoknga itu yang kerap disapa oleh penduduk setempat, entah apa latar belakang sejarah nya.
Pantai Lhoknga terletak di Aceh Besar berjarak kurang lebih 14 Km sebelah barat pusat kota Banda Aceh. Di pantai ini banyak orang yang melakukan olah raga Surfing baik itu surfer lokal   ( peselancar berasal dari Lhoknga ) maupun surfer asing ( peselancar dari macanegara ). Dalam setahun memiliki 2 tipe ombak, Beach Break (ombak pantai) dari bulan Juni sampai bulan November pada saat musim angin barat. Reef break (ombak karang) dari bulan Desember sampai bulan Mei pada saat musim angin timur. Jika swell (gelombang) sedang besar, tinggi ombak bisa mencapai 2,5 Meter dengan 7 set ombak yang frekwensinya sering, biasanya 3-4 hari Full Moon saat musim angin timur. tidak hanya itu, lokasi pantai berpasir halus nan putih itu di apit oleh pengunungan yang hijau, permukaan karang menyelimuti gunung seakan memberi  tempat yang nyaman buat para pengunjung yang hendak memancing.
Pantai yang terletak di belakang desa Mon Ikeun, menjadi  aktivitas  mata pencharian warga setempat, disamping itu ada banyak juga wisatawan local yang hendak melakukan liburan di tempat tersebut, berbagai alasan ketika di tanyain kenapa memilih pantai Lampuuk sebagai ajang pelepasan kepenatan.
“kalau saya liat, lampuuk memiliki terjal gunung dan body boad yang mngasyikan” timpal asih warga punge ketika beranjak dari “Banana Boad” ( perahu kuning yang mirip dengan buah  pisang ) untuk mandi bersama ketiga anaknya.
“Saya ingin memberikan sedikit apresiasi kepada masyarakat Lhoknga untuk terus menjaga kawasan pantai agar banyak dikunjungi oleh wisatawan daerah Aceh, Nasional dan Mancanegara”. Papar naufal sedaritadi duduk sambil menikmati ombak.
Dikutip dari saipul penjaga tiket mengungkapkan, Lhoknga sudah mulai dikenal sejak tahun 1987,  “saat itu ayahku nelayan yang aktif di laut untuk menafkahi aku dan keluarga ku, kini mereka sudah tiada”, cerita saipul sedikit berduka.
Apabila melihat pantai Lhoknga, menjadi perbandingan yang tak kalah serunya dengan tempat wisata lokal yang ada di aceh, “dari semua wisata pantai di Aceh Besar tidak salah jika saya memberikan nilai 3 bintang sepanjang pantai Lhoknga dan Lampuuk  4 bintang. Pantai Lhoknga yang mencakup kawasan dari belakang lapangan golf, terus sampai taman tepi laut Lhoknga merupakan kawasan wisata yang mempunyai keunikan dan kelebihan. Jika di Pantai Lampuuk terkenal dengan ikan bakar, pasir putih, banana boat dan juga pada musim angin baik selancar dan memancing juga banyak dilakukan. untuk kawasan pantai lhoknga dengan lapangan golf, selancar, pemancingan pantai dan menuju laut lepas juga tidak kalah menariknya walaupun dari sisi pengelolaan belum lebih baik dari pantai Lampuuk” lepas Novrizal lewat sebuah blog.
Hembusan angin menyapa setiap pengunjung pantai yang terdapat di semenanjung timur, memberi harapan yang sempurna pada setiap langkah yang berjalan berduaan memandu kasih di pasir putih nan indah, belum lagi makanan yang mengoda terhidang di sepanjang jalan setapak, disekelilingnya melambai hijau pohon cemara.
“Wahana liburan ini sudah menjadi tempat yang sering di kunjung dari dalam negeri maupun luar negri”, ucap saipul yang saat itu berdiri pada pos penjagan tiket di perempatan jalan masuk, saipul tidak sendiri akan tetapi ditemani oleh empat orang temannya. Tertempel nominal angka disecarik kertas yang dibagikan kepada setiap orang yang ingin masuk kedalam.
Dua Roda        : 2. 000
Empat Roda    : 4. 000
Bus Umum      : 8. 000
Harga tertera jelas, seyum mengembang disaat pengunjung bersepeda motor masuk kedalam area wisata. Gelagat nya ringan saat membuka dompet dari saku belakang celana lea.  Selembar uang 5. 000 disisip dikantong baju saipul, sisa nya untuk kamu kata pengunjung yang membawa istrinya.
Harga yang tidak merobek kantong bagi siapa saja yang ingin memasukinya, tentu lebih nyaman apabila membawa istri dan anak untuk melihat ciptaan tuhan sebagai wahana tafakur alam.
Oleh ; M. Rijal

Share this

Related Posts

First